Tittle: Cinta Besar
Author: Hilda Wardani (@Hilda_Henecia)
Genre: Killer, Romance, Secret, Phsyco.
Cast: -Ratu Sweethella Intan
-M Reza Anugrah
-M Ilham Fauzie
-Others
"Cinta itu dapat membuat seseorang melakukan hal di luar akal pikirannya. Karena cinta dari hati, bukan dari otak."
***
Dengan tenang seorang gadis yang mengenakan seragam khas sekolahnya
duduk di salah satu bangku kantin. Sesekali gadis itu menyuapi mulutnya
dengan bakso yang terdapat di mejanya. Gadis itu terlihat begitu tenang,
dengan headset yang menyantol di telinganya.
Wajahnya begitu
datar, tak tersenyum, tak juga cemberut. Begitu saja! Apa adanya. Namun
sama sekali tak mengurangi aura kecantikannya. Thella, begitu lah biasa
orang menyapanya.
Sesaat Thella langsung tersenyum sumringah,
ketika Thella melihat seorang lelaki memasuki kantin tersebut, dan duduk
di salah satu bangku kantin. Lelaki itu tampak begitu menawan di mata
Thella. Buktinya Thella langsung bersemangat tatkala melihatnya.
Setiap gerak-gerik Reza saat itu, tak sedetikpun Thella lewatkan.
Pandangannya begitu tajam, meskipun terlihat agak diam-diam. Thella
terus memperhatikan Reza secara diam-diam, meskipun kepalanya menghadap
ke arah lain, namun sesekali Thella mencuri pandangan untuk menatap Reza
lagi.
Kurang lebih 15 menit Thella berada dalam posisinya,
terus memperhatikan lelaki yang telah mengisi penuh ruang hatinya.
Meskipun Reza tak pernah tau, namu dengan senantiasa Thella tak kunjung
lelah untuk tetap mencintai Reza. Cintanya begitu tulus, bahkan mungkin
terlalu tulus. Meskipun tak banyak orang yang tau tentang perasaannya.
Oh tidak! Lebih tepatnya meskipun hanya satu orang yang mengetahui
perasaannya itu.
Seorang lelaki sepantarannya, kini baru datang
ke kantin. Lelaki itupun langsung menghampiri Thella. Dan duduk di
sebelah Thella. Namun Thella sama sekali tak menghiraukannya, Thella
tetap menatap Reza.
Tatapan Thella yang begitu unik, sehingga
orang lain tak tau jika sebenarnya Thella sedang memperhatikan Reza.
Thella menatap Reza seperti orang melamun. Pandangannya kosong, itulah
cara Thella memandang.
"Biasa aja kali ngeliatinnya." Lelaki
itu akhirnya bersuara, setelah beberapa detik ia hanya terduduk di
sebelah Thella dan melihat Thella yang sedang fokus memperhatikan sang
pujaan hatinya.
"Hak dong!" Saut Thella singkat, tanpa sedikitpun mengalingkan pandangannya.
"Sesempurna itu dia di mata lo?" Tanya lelaki bernama Ilham ini.
"Bahkan terlalu sempurna."
***
Cinta ini begitu alami
Cinta ini begitu tulus
Cinta ini terlalu sempurna
Dan cinta ini hanyalah untukmu
Bahkan mungkin akan selalu untukmu
Thella menutup buku diarynya. Di letakannya buku diary itu pada
tumpukan buku belajarnya, lalu perlaha Thella pun merebahkan diri di
tempat tidurnya, dan berusaha menutup kelopak matanya.
Apa yang
di tuliskannya tadi benar-benar menggambarkan dirinya. Cintanya untuk
Reza memang begitu tulus, sangat tulus malah. Tiga tahun Thella
mencintai Reza secara diam-diam. Hanya Ilham, sahabat satu-satunya
Thella yang mengetahui itu.
Sebenarnya Reza pun mengenal
Thella, mereka saling mengenal karena semasa SMP mereka pernah satu
kelas. Dua tahun Reza dan Thella sekelas. Namun entah mengapa, di SMA
ini Reza selalu bersikap seolah sama sekali tak mengenal Thella. Memang
mereka beda jurusan, Thella masuk IPS, sedang Reza IPA.
Reza
yang bisa terbilang tak pernah menyapa Thella, meskipun saling mengenal,
selalu bersikap acuh layaknya orang tak pernah kenal. Sedangkan Thella?
Yang noteband nya memang mencintai Reza pun sama sekali tak mau pula
untuk menyapa Reza. Thella pun tak ingin jika harus menyapa terlebih
dahulu.
***
Ia membawa sebuah box
berisikan bangkai binatang. Perlahan, ia pun berjalan mengendap-endap.
Seperti maling yang hendak mencuri. Ia berjalan dengan penuh hati-hati.
Diletakannya box berisi bangkai binatang yang masih berlumuran darah
itu di depan sebuah rumah yang cukup mewah. Lalu dengan segera ia pun
berlari untuk pergi. Ia tersenyum sejenak, lalu berlanjut pergi
***
"Astaga!" Reza terlonjak kaget saat ia melihat isi sebuah box yang berada di depan rumahnya itu, bangkai ayam ternyata.
Reza pun dengan refleks langsung melemparnya, karena kaget. Reza menarik nafasnya sejenak, mengapa harus seperti ini.
Belakangan ini memang sering sekali Reza menemukan hal seperti itu.
Entah dari siapa pengirimnya. Sebuah box yang berisikan berbagai jenis
bangkai binatang, dari mulai kucing, ayam, tikus, tokai, kelinci, dan
lainnya.
Awalnya memang Reza shock, namun semakin hari Reza
sudah terbiasa dengan semua ini. Dan apa motivnya melakukan semua ini?
Setau Reza, Reza tidak pernah merasa melakukan salah pada orang lain.
***
Thella berjalan menyusuri koridor sekolahnya, menuju ke kelasnya.
Terdengar desas desus omongan para siswa di sepanjang koridor. Thella
pun mendengarnya, namun sedikit samar-samar. Tampaknya dari ujung
keujung topik pembicaraan mereka sama semua.
Akhirnya Thella
memutuskan untuk berhenti sejenak, memperjelas apa yang di dengarnya.
Karena Thella merasa penasaran, saat nama Reza disebutkan dalam
permbicaraan mereka.
"Ehh lo kenal Reza kan?" Ucap seorang siswa pada seorang temannya.
"Kenal lah, anak IPA yang lumayan itukan? Tapi nggak pernah pacaran sama anak sekolah sini."
"Iya! Tapi nih, gue denger, dan gue liat langsung dari status BBM nya,
katanya dia mau nembak anak sini loh. Siapa yaa kira-kira orang itu."
Dengan gaya bahasanya, orang itu tampak begitu antusias pada temannya.
Mendengar itu, Thella semakin memasang kupingnya, memperjelas
pendengarannya. Thella tak boleh salah dengan disini, karena ini satu
hal yang sangat penting. Reza, yang terkenal tidak pernah berpacaran
dengan siswi disini, barusan dikatakan akan menyatakan cintanya.
"Ohh ya? Emang siapa yang mau di tembaknya?" Teman orang itu kini semakin penasaran.
"Reza sih nggak nulis siapa orangnya, tapi dia nulis ciri-cirinya.
Katanya cewek itu satu sekola pas SMPnya, terus cewek itu sering liatin
Reza diem-diem, meskipun seolah Reza nggak tau, tapi sebenernya Reza tau
kalo ntu cewek lagi ngeliatin dia. Dan kabarnya nih, dari anak-anak.
Cewek itu anak IPS loh, seangkatan sama Reza." Jelas orang itu. Temannya
pun mengangguk paham.
Thella pun melanjutkan jalannya, sambil
berjalan Thella terpikirkan omongan kedua siswi tadi. Ciri-cirinya
benar-benar menunjukan bahwa itu dirinya. Tapi mungkinkah itu? Tapi
memang, sekeras mungkin Thella berpikir, Thella tak menemukan anak IPS
yang penah satu sekolah dengan Reza. Dan yang selalu memperhatikan Reza,
bahkan setiap harinya Thella tak pernah absen memperhatikan Reza.
"Gue harap, orang itu emang gue." Batin Thella mejerit antara girang
dan penuh harap. Thella masih sedikit ragu, meskipun semua ciri-ciri
yang disebutkan siswi tadi mengarah padanya.
***
Reza bersiap untuk mengambil gitarnya, menaruh gitar itu pada
posisinya. Lalu Reza pun tinggal menunggu dia datang, dan langsung
menyanyikan lagu yang sudah di siapkannya, dengan permainan gitarnya
sebagai pengiring lagunya.
Di dalam kelas IPS, Reza menunggu
gadis yang akan di tembaknya itu. Dikelas ini tampak sepi, hanya ada
Reza disitu, karena semua sudah di rancang oleh Reza sendirian.
Gadis yang di nantinya pun akhirnya datang, gadis itu memasuki kelasnya
dengan santai. Namun betapa terkejutnya gadis itu saat menemukan
kelasnya kosong, dan hanya ada Reza yang bersiap untuk bernyanyi sambil
membawa gitar.
"berdiri ku di sini hanya untukmu
dan yakinkan ku untuk memilihmu
dalam hati kecilku inginkan kamu
berharap untuk dapat bersamamu"
Suara merdua Reza akhirnya mulai bernyanyi, bersamaan dengan iringan
gitarnya. Gadis itu terpaku, saat melihat lelaki yang di cintainya kini
sedang menyanyi untuknya.
"aku kan ada untuk dirimu
dan bertahan untukmu"
Reza terus bernyanyi, melanjutkan lagu tersebut. Perlahan segurat
senyuman kini muncul dari bibir gadis itu.
"terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku ooh"
Reza pun mengakhiri lagunya, lalu meletakan gitarnya di meja yang
berada di dekatnya.
Reza berjalan menghampiri gadis itu, lalu tangan Reza menarik lembut kedua tangan gadis itu.
"Maaf kalo gue selalu bersikap dingin ke elo, gue seolah nggak kenal
lo, tapi itu emang sikap gue. Gue tau setiap kali lo merhatiin gue. Gue
sayang elo, gue cinta elo. Lo mau nggak jadi pacar gue." Reza
menyatakan
cintanya dengan susunan kata yang telah di rancangnya, meskipun tidak
formal dan romantis, tapi itu cukup untuk mencerminkan perasaannya.
"Iya gue mau." Gadis itu mengangguk dengan yakin sambil tersenyum
sumringah. Reza pun langsung memeluknya begitu erat, saat mendengar
pernyataannya di terima.
Mata Thella kian memanas, hatinya
seakan langsung hancur, tubuhnya bergetar, air mata sudah diambang
matanya. Thella tercengeng saat meihat Reza menembak Firda, teman
sekelasnya di depan matanya. Thella tidak sengaja, saat Thella hendak
memasuki kelasnya, justru Thella harus menyaksikan semua ini secara
live.
Pikiran Thella ternyata salah, Thella tidak kepikiran
bahwa Firda pun pernah satu sekolah dengannya dan Reza. Meskipun Thella
tidak terlalu kenal, ternyata orang yang dimaksudkan Reza itu Firda,
bukan dirinya.
Thella masih terus terdiam, karena kakinya
serasa kaku, tak dapat di gerakan. Thella menarik nafas panjang,
berusaha menenangkan dirinya, lalu mengumpulkan kekuatan untuk segera
berlari dari situ. Mata Thella sudah tidak kuat untuk melihat
pemandangan itu. Betapa hancurnya hati Thella kini.
***
Thella menangis sesenggukan saat di pojok Lab IPS. Thella berusaha
menangis tanpa bersuara, sangat perih pastinya. Batinnya benar-benar
tersiksa dengan kenyataan pahit hidupnya. Mengapa harus seperti ini?
Meskipun cintanya hanya sekedar di hati, namun ini benar-benar terasa
begitu sakit. Bagaimana tidak? Thella, satu-satunya orang yang
menyaksikan Reza menyatakan cintanya pada Firda. Bahkan itu lebih sakit
daripada Thella harus memendam perasaannya selama tiga tahun.
"Thella? Lo kenapa?" Ilham langsung menghampiri Thella khawatir, saat
Ilham melihat Thella sedang sesenggukan menangis di pojok ruangan Lab
Ips ini.
Thella tak menjawab, Thella hanya terus menangis tanpa bersuara sedikitpun. Kedua lututnya di sedekapkan ke depan dadanya.
"Thel, cerita sama gue." Suara lembut Ilham kini berbicara pada Thella. Thella masih terus tak menjawab.
"Reza? Pasti Reza kan, Thel. Reza jadian
sama
Firda. Iyakan?" Thella mengangguk sambil terus menangis. Ilham pun
langsung memeluk Thella dengan pelukan sayangnya, meskipun hanya sayang
tak lebih dari sekedar sahabat.
Karena Ilham pun statusnya
sudah memiliki seorang kekasih, teman satu kelasnya pula. Namanya Hilda.
*Nama gue numpang lewat. Gapapa kan kali-kali, hak Author dong. :P
***
Mentari pagi telah senantiasa muncul, sinarnya kini memasuki sebuah
kamar Thella. Suara ayam pun sudah mulai berkokok, membangunkan orang
yang masih tertidur seperti Thella ini.
Thella akhirnya
terbangun, Thella menggeliat, mengangkat kedua tangannya. Lalu tangannya
megucek matanya yang masih terlihat sembap.
Tangan Thella kini
menggerayapi tempat tidurnya, mencari handphonenya. Suatu hal yang
rutin di lakukan Thella, mengecek handphone nya saat bangun tidur.
Dilayar handphone nya terpampang sebuah sms dari Ilham. Dengan segera Thella pun membukanya.
Setelah membuka sms dari Ilham, tangan Thella langsung bergetar.
Matanya yang sembap mulai menangis lagi. Hatinya seakan tak percaya
dengan apa yang dibacanya. REZA MENINGGAL!! Itulah kesimpulan sms dari
Ilham.
"NGGAK MUNGKIN!!" Teriak Thella di dalam kamarnya tak
percaya, Thella lagi-lagi hanya menangis, menangis, dan menangis.
Padahal, baru saja kemarin Thella melihat Reza menyatakan cintanya pada
Firda di depan matanya.
***
Rombongan
manusia dengan pakaian serba hitam terlihat tampak bersedih. Mereka
sedang megantarkan Reza pada tempat peristirahatan terakhirnya. Tak
jarang terdengar isak tangis dari keluarga serta kerabatnya. Banyak yang
masih belum terima dengan kematian Reza yang begitu tragis.
Reza meninggal dengan sebab yang tidak wajar. Tiba-tiba saja saat tengah
malam mayat Reza yang berlumuran darah tergeletak di depan pintu
kamarnya, persis seperti bangkai binatang yang biasa di temui Reza.
Sungguh hal yang tragis bukan? Reza yang terkenal tak pernah menaruh
dendam pada orang lain harus meninggal dengan cara yang mengerikan
seperti itu. Mungkinkah pelakunya adalah orang yang sering mengirimkan
bangkai binatang itu?
Di pemakaman Reza, tidak ada Firda
disitu. Firda tak mampu untuk mengikuti pemakaman lelaki yang baru resmi
menjadi kekasihnya itu. Firda tak kuasa melihat Reza yang akan di
masukan ke liang lahat, maka dari itu Firda tak ikut upacara pemakaman
ini.
Sedang Thella? Terlihat masih terus menangisi Reza. Ilham
terus berusaha menenangkannya, meskipun kini ada Hilda di sebelahnya.
Hilda sudah mengerti dengan keadaan Thella.
***
Saat pemakaman selesai, seluruh orang yang hadir dalam pemakaman itupun
saling bubar. Terkecuali Thella yang masih menangis di depan pusaran
Reza. Disitupun ada Ilham dan Hilda yang masih menunggu Thella.
"Thel, ayuk pulang. Semuanya udah pulang loh." Bujuk Ilham. Thella menggeleng pelan.
"Tinggalin gue sendiri, Ham. Gue mau nemenin Reza, please!" Thella
memohon untuk di tinggalkan sendirian. Akhirnya Ilham pun menurutinya,
Ilham pulang bersama Hilda. Sedang Thella masih terus menangis di depan
pusaran Reza.
"Gue sayang elo, Za. Gue cinta sama lo. Meskipun
gue tau lo nggak pernah suka sama gue." Lirih Thella berbicara pada
makam Reza. Mengusap lembut nisan Reza.
"Dan gue tau lo nggak
akan pernah mungkin jadi milik gue, makadari itu, nggak ada yang boleh
milikin lo. Hahahaha!" Thella tertawa begitu mengerikan di depan makam
Reza. Tangisnya yang tadi begitu terisak kini berubah menjadi tawa
seorang pembunuh.
"Gue bukan cewek lebay, yang rela mati demi
elo. Tapi kalo lo nggak bisa jadi milik gue, maka lo harus mati.
Hahaha!" Thella semakin tertawa puas dengan apa yang di lakukannya.
Seorang Thella, gadis manis yang memiliki cinta begitu tulus pada Reza,
ternyata mampu untuk membunuh Reza. Serta meneror Reza setiap hari
dengan bangkai binatang itu. Because, she's pshycopat.
***
Sekitar jam sepuluh, Reza berjalan sendirian menuju taman dekat komplek
rumahnya. Jalanan taman ini begitu sepi, tampak tak seorang pun
melewatinya. Karena di komplek ini, jika diatas jam sepuluh sudah tidak
ada lagi yang keluar.
Reza ke taman ini dengan tujuan tertentu, untuk mengetahui siapa yang sering mengirimkannya bangkai binatang setiap pagi.
Tak lama kemudian, Thella muncul dari balik pohon, dengan tatapan yang begitu mengerikan, menatap Reza begitu dalam.
"Thella?" Betapa terkejutnya Reza saat melihat orang itu adalah Thella. Thella pun tersenyum sinis.
"Ternyata lo masih kenal sama gue." Thella tersenyum sambil menatap Reza begitu dalam.
"Maksud lo apa, Thel? Kenapa lo ngelakuin ini?"
"Karena gue cinta sama elo, Za. Gue selalu cinta sama lo, dari dulu,
sampai detik ini. Tapi elo? Selalu bersikap sok enggak kenal sama gue.
Padahal kita saling kenal kan? Dua tahun kita sekelas di smp! Lo nggak
mungkin lupa kan?" Thella berteriak menyampaikan tentang semua
perasaannya. Reza pun tak percaya mendengarnya.
"Tapi, kenapa cara lo kayak gitu?"
"Karena gue seorang psikopat, Reza sayang. Dan lo orang pertama yang
tau tentang ini." Thella tersenyum mengerikan, sambil berjalan maju
menghampiri Reza.
Mendengar itu, Reza pun langsung mundur
ketakutan. Thella yang biasanya terlihat begitu manis, kini benar-benar
mengerikan. Wajahnya bahkan mirip dengan seorang iblis yang berada di
sinetron.
"Terus lo mau apa saa gue? Jangan deket-deket gue.
Gue minta maap sama lo atas sikap gue, tapi please. Lo jangan makin
deket." Reza terus berjalan mundur ketakutan, karena Thella semakin maju
menghampirinya.
"Tenang, Za. Gue nggak bakal ngapa-ngapain lo.
Ayolah, sesadis itukah elo, stelah bertahun-tahun gue mencintai lo
secara diam, gue cuma mau meluk elo. Sekali ini aja." Wajah Thella kini
kembali beubah begitu manis, Thella terlihat begitu memohon pada Reza.
Akhirnya Reza pun meghentikan langkahnya.
Thella pun langsung menghampiri Reza, dengan segera memeluknya erat. Pelukan pertamanya pada Reza.
"Gue cinta elo!" Ucapnya begitu tulus.
"Arghh.." Reza meringis kesakitan, bersamaan dengan menancapnya sebuah pisau lipat mili Thella di punggungnya.
"Th..The..Thella." Ucapan Reza terdengar tebata-bata memanggil Thella.
"Good bye, Sayang." Mata Thella terlihat begitu membesar, senyumannya
menyeingai begitu mengerikan, setelah ia sukses menancapkan pisau
tersebut di punggung Reza.
Reza pun langsung ambruk di
rerumputan tersebut, namun mata Reza masih terbuka. Reza tidak langsung
meninggal. Reza bergidik ngeri melihat Thella yang seperti itu.
"The.. lla! Gu, gue mo..hon! Ja..ngan." Reza memohon dengan suara yang
terbata-bata ketika Thellu mulai mengeluarkan benda-benda mengerikan
lainnya, seperti gergaji, golok, palu, dan sebagainya.
"Tenang
sayang, gue cuma mau maenan sama badan elo pake beginian. Seru loh."
Ucapan Thella benar-benar terlihat bahwa ia memang psikopat. Thella
mendekat kembali pada Reza, sambil membawa goloknya.
Reza yang
sudah tergeletak tak berdaya hanya bisa pasrah dengan apa yang akan
tejadi. Golok besar tersebut langsung diarahkan ke leher Reza. Dengan
kasar Thella langsung memotong leher Reza seperti menyembelih binatang.
"AAAAA.." Teriak Reza merasakan rasa sakit yang teramat pada dirinya.
Tak pernah terpikirkan oleh Reza hidupnya akan seperti ini.
Meskipun lehernya sudah di gorok, Reza masih tetap bertahan. Namun
Thella sepertinya belum puas, kini Thella pun mengambil pisau lipatnya
kembali, lalu menggoreskannya pada lengan dan tubuh Reza. Tak kuasa
menahan sakit seperti itu, akhirnya Reza pun pingsan. Namun melihat Reza
hanya pingsan, Thella mengambil lagi palu. Dengan brutal, Thella
menggetok kepala Reza dengan palunya. Kepala Reza pun mulai remuk tak
beraturan. Dan sudah di jamin bahwa Reza telah tiada, namun seorang
psikopat ini belum juga puas dengan permainannya. Diambilnya gergaji
yang belum dipakainya itu.
Thella pun menggergaji kaki Reza. Darah kian bercucuran dari mayat Reza tersebut. Thella pun tersenyum bangga.
"Hahaha, gue cinta elo Reza, cinta banget." Ucapnya di iringi tawa laknatnya.
Tibalah pada penyiksaan terakhir, Thella mencongkel bola mata Reza
dengan pisau lipatnya. Sehingga mata Reza menjadi bolong. Setelah itu,
Thella pun menyeret Reza kedepan rumahnya. Kebetulan jalanan kompleks
amatlah sepi, tak ada kendaraan ataupun manusia yang lewat, hanya
terdengar gemurub angin melintas.
Thella pun dengan leluasa
menyeret Reza hingga kedepan rumahnya, lalu Thella meletakan mayat Reza
yang berlumuran darah itu di depan pintu rumah Reza, seperti ia
meletakan bangkai binatang setiap pagi kedepan Rumah Reza.
-END-
Komentar
Posting Komentar