Love At The Last Sight *Cerpen
Karya: Hilda wardani
Andai engkau tau, aku masih setia menantimu.
Andai engkau tau, aku selalu disini memperhatikanmu.
Tapi, aku cukup tau.
Engkau takan pernah bisa tau, bahkan mungkin tak pernah mau tau.
Tentang keberadaanku dengan sejuta perasaan yg mengalir hanya untukmu.
***
Ditutupnya buku diary yg tegolong rahasia itu. Ia menyandarkan diri pada sebuah pohon yg terdapat di belakangnya. Di dekapnya buku diary itu, dan di tatapnya pemandangan yg jauh dari matanya itu. Ia memandang lirih ke arah segerombolan mahasiswa yg sedang bercanda tawa. Kadang ia pun tersenyum bila melihat salah satu orang yg sangat di perhatikannya itu tersenyum. Namun hatinya selalu tergores jika ia melihat pria itu mulai merangkul gadis di sebelahnya.
Christy Saura, itulah nama seorang gadis yg bersandar di pohon. Suasana hatinya selalu sangat tenang, bagaimanapun keadaannya.
Untuk kembali menenangkan suasana hatinya itu ia memejamkan matanya sejenak. Lalu perlahan ia membuka matanya, dan..
"Astaga!" Christy sontak terkejut saat melihat beberapa pria yg tadi di lihatnya ada di depan matanya.
"Ngantuk MangBro.." Ledek salah satu dari mereka.
"Ehh, mangbro mah kan gue Dick!" Sentak seseorang di sebelahnya.
"Ohh iya, udah kbiasaan sih Mang." Balasnya lagi, seseorang yg di panggilnya Mang itu langsung menoyor kepala orang di sebelahnya.
"Misis gue ada urusan." Christy langsung beranjak pergi meninggalkan orang-orang itu yg terdiri dari tiga orang cowok dan seorang cewek.
"Iseng aja lo berdua." Sentak salah seorang yg bernama Morgan.
"Haha, bukan Dicky namanya kalo gak iseng." Dicky tersenyum bangga.
"Sayang, ke kantin yuk." Satu-satunya cewek disitu langsung menggelayut ke tangan Morgan dengan manja.
"Hm, ayuk deh." Morgan hanya menuruti keinginannya.
Dicky dan temannya yg bernama Bisma itu hanya saling berpandangan jelous.
"Derita yah gak punya cewek." Ucap Dicky memelas.
"Mungkin kali yaa, tapi sebenernya gue itu banyak kali yg naksir. Cuma gue aja gak mau." Bisma menyombongkan dirinya dan langsung disambar Dicky.
"Beuh, laga lu.. Mana ada sih cewek yg mau sama cowok cungkring, kurus, pendek kayak lo!" Cela Dicky sambil berjalan. Bisma pun mengekor dari belakang dan..
Pletakk.. Sebuah jitakan mulus mendarat di kepala Dicky. Bisma pun langsung membalas celaan Dicky.
"Ehh, kayak lo ber-isi aja gitu. Malah lo sama gue aja kurusan lo kali, udah kurus, ceking, krempeng, hideung, rambut pake di blond. Kayak bule nyasar tau gak sih!" Cela Bisma tak kalah sangar.
"Udahlah sesama kurus jangan saling mendahului." Balas Dicky adil dan langsung diam.
***
Disudut kantin Universitas Ara Firstnaina, (JANGAN DICARI YAA) Terdapat Christy yg lagi memainkan minumannya. Dimainkannya sedotan itu sambil mengucek-ngucek es jeruk yg es batunya hampir mencair, sehingga di bagian luar gelas agak basah. Sambil melamun Christy terhentak kaget karna tiba-tiba ada seseorang di sebelahnya.
"Heh! Ngelamun aja, mikirin siapa sih? Tapi kalo cengengesan mah bukan Christy yah namanya." Orang itu langsung membuyarkan lamunan Christy dan duduk di sebelahnya.
"Hehe, aneh lo. Nanya sendiri, jawab sendiri. Angel, Angel.." Christy menggelengkan kepala melihat kelakuan teman semata wayangnya di kampus itu yg memiliki nama lengkap Margareth Angelina.
"Biarinlah, biarpun aneh Angel tetep beautiful kan?" Ucapnya pd.
Angel adalah teman satu-satunya yg akrab dengan Christy. Christy memang di kenal sebagai mahasiswa paling diam, bahkan sebagian anak menganggapnya aneh. Sedangkan Angel, sikapnya sangat bertolak belakang dengan Christy, Ia tak bisa diem, lenjeh, pokoknya beda banget sama Christy yg tergolong kalem. Urusan fashion pun Angel dan Christy sangat berbeda, setiap harinya Christy selalu berpenampilan super simple dan apa adanya. Beda dengan Angel yg so fashionabel.
***
Christy sedang asyik duduk dikelas yg sekarang ada dijadwal mata kuliahnya. Tak lama kemudian geromblan Morgan, Bisma, dan Dicky datang. Lagi-lagi satu-satunya cewek yg bernama Auryn itu sudah menggelayut disamping Morgan. Christy menatap Auryn dengan pandangan penuh iri. Ternyata cowok yg diperhatikan Christy tadi adalah Morgan.
Morgan dan Auryn berjalan melintasi meja Christy. Christy hanya tertunduk karna tak mau siapapun tau bahwa ia menyukai Morgan. Tangannya mulai iseng untuk melontarkan beberapa goresan pena pada buku diary nya.
Tak bisakah engkau mencintaiku,
Seperti engkau mencintainya.
Tak bisakah engkau menyayangiku,
Seperti kasih sayang yg kau berikan padanya.
Tak adakah sedikit perasaan saja untukku,
Seperti sejuta perasaan engkau untuknya.
Ditutupnya sebuah buku berwarna biru muda itu saat dilihatnya seorang dosen telah memasuki kelasnya.
***
Christy berbaring dikasur kamarnya yg empuk. Baru saja sejenak ia hendak memejamkan mata, namun pintu kamarnya seperti ada yg mengetuk.
Tokk, tokk.
"Kak, Felly boleh masuk?" suara cempreng kekanak-kanakan itu berasal dari luar kamar Christy.
"Masuk aja gak dikunci." saut Christy singkat.
Ceklek. Seseorang yg bernama Felly itu memasuki kamar Christy yg tertata begitu rapi. Felly berjalan menuju kasur Christy dan terduduk disitu.
"Gak sengaja Felly nemuin ini pas lagi liat-liat koleksi novel kakak." Felly menyodorkan sobekan kertas yg diatasnya ada fotonya.
Christy mengambil sobekan kertas itu dan ditaruhnya diatas meja yg terletak disebelah kasurnya.
"Kakak gak bisa mendem ini sendirian." Felly menatap sosok orang yg dipanggilnya kakak dengan tatapan lirih.
"Kakak males cerita, kalo emang kamu mau tau ambil aja note berwarna biru dari tas kakak." suruh Christy. Felly mengangguk pelan, karna ia tak mungkin tega membiarkan seorang kakak semata wayangnya memendam perasaan terdalamnya itu.
Felly berjalan menghampiri tas Christy yg tergantung dipinggir dinding. Diambilnya note berwarna biru itu. Lembar demi lembar dibukanya secara perlahan, terdapat beberapa kata-kata dan foto seorang prian tampan berkulit putih serta memiliki postur tubuh yg tinggi.
Felly menangguk pelan setelah membacanya. Ditatapnya lirih Christy yg sedang tertidur.
"Kenapa harus cinta dalam hati sih kak? Kakak terlalu baik untuk ngerasai itu." gumam Felly pelan.
Felly pun keluar dari kamar Christy dan menuju kamarnya untuk tidur.
Felly, adik semata wayang Christy yg memiliki suara cempreng serta khas ini. Siswi SMA Harapan dengan wajah putih manis, rambut pirang, namun sayang hidungnya pesek. Tapi itu tak menjadi penghalang untuk membuatnya tetap kelihatan cantik. Ia tetap cantik dengan penampilan yg bisa terbilang agak Childish itu.
Christy dan Felly tinggal dirumah hanya berdua. Orang tuanya meninggal saat kecelakaan pesawat. Mereka bisa dibilang saling mengerti satu sama lain.
***
Rintik-rintik hujan turun mengguyur bumi. Angin berhembus begitu kencang, beberapa mahasiswa berlarian menuju tempat berteduh dari kendaraan yg mereka naikan menuju kampus. Christy tertegun melihat suasana itu, ia lebih memilih untuk diam dan meresapi tetes demi tetes hujan yg membasahi tubuhnya. Ia sangatlah suka hal itu, baginya begitu tenang.
Dari kejauhan Christy memperhatikan sosok Morgan sedang menutupi Auryn dengan jaketnya. Morgan terus berusaha melindungi Auryn dari tetesan hujan. Air matanya turun bersamaan dengan air hujan.
"Aku ingin sepertinya, yg selalu dilindungimu. Aku ingin sepertinya, yg selalu ada disisimu. Aku ingin sepertinya, yg bisa menghabiskan waktunya bersamamu." batin Christy bagaikan seorang penyair yg selalu bisa merangkai kata-kata indah dengan apa yg dilihatnya.
Christy berjalan menuju kantin untuk meminum energen hangat. Di pesannya secangkir energen untuk menghangatkan tubuhnya. Ia beranjak dari tempat duduknya untuk mengambi energen di meja ibu kantin. Namun tiba-tiba..
Byurr..
Segelas es jatuh menyiram tubuh Christy. Seorang didepannya sudah was-was memasang muka melas. "Maaf.." ucapnya takut tanpa menatap Christy.
"Iya gak papa." Christy tersenyum pada orang itu yg sudah ketakutan. Dibersihkannya bekas cipratan es itu ke kamar kecil.
Dari meja yg berada disudut kantin, Morgan cs memperhatikan Christy yg sangat sabar Bisma menggelengkan kepalanya takjub. Ia berkali-kali berdecak kagum.
"Si Christy sabar banget yaa." ucap Bisma berdecak kagum.
"Cewek freak itu?" Auryn menatap sinis ke arah Christy.
"Yaa walaupun agak freak." ucap Dicky sambil menyeruput minumannya.
"Pernah liat Christy marah?" tanya Bisma menatap kesemua temannya.
"Ehh dari tdi kalian ngomongin Christy, Christy, siapa sih itu? Manusia kan?" tanya Morgan.
"Lo gak tau Christy? Parah.. Ituloh cewek yg super diem dan katanya sabar." jelas Dicky.
"Gue tantang kalian! Siapa yg bisa bikin Christy marah, gue bakal ngasih BB+Mobil gue ke kalian selama 2minggu." Auryn menatap kesemua temannya. Mereka saling berpandangan sejenak.
"Orangnya aja gue gak tau!" ucap Morgan jujur.
"Yaudah nanti gue kasih tau." ucap Auryn.
Morgan mengangguk ragu. Sedang Dicky dan Bisma saling menatap. Mereka bingung karna setaunya Christy itu terlalu baik untuk dijadikan bahan taruhan.
"Lo berdua gak berani? Cemen." Auryn memajangkan jari jempol terbalik ke arah Bisma dan Dicky.
"Oke gue berani." ucap Dicky dan Bisma serentak.
Auryn tersenyum bangga. Ia menjelaskan peraturan taruhan itu.
"Tapi kalo seandainya Christy marah karna tau dia dijadiin bahan taruhan. Kalian semua kalah! Gue yg menang, jadi mobil dan BB kalian yg gue sita selama 2minggu." jelas Auryn yg sontak semuanya memandang Auryn.
"Ahh curang lu Ryn. Bisa begitu.." protes Bisma.
"Kan gue yg bkin tantangannya."
"Udah deal ajalah." ucap Morgan pasrah.
***
Rencana Auryn berjalan mulus. Morgan, Bisma, dan Dicky berusaha membuatnya marah. Namun hasilnya nihil, Christy sama sekali tidak marah. Christy tidak menghiraukan kejailan mereka yg sesungguhnya membuat hatinya dongkol.
Hari ini kampusnya mengadakan acara keluar sekolah. Mereka bertempat ditaman dekat kampus itu. Disitu mereka disuruh mendefinisikan arti dan makna kekompakan. Mereka dibentuk kelompok yg diatur panitia. Kebetulan Morgan sekelompok dengan Christy, jika dapat berteriak sesungguhnya Christy ingin bersorak bangga. Namun ia hanya diam dengan sikap biasanya.
Morgan, Bisma, Christy, itulah sekelompok untuk menguji kekompakan. Berkali-kali Morgan dan Bisma berusaha membuat Christy marah namun tetap Christy tak bergeming.
Entah mengapa, kaki Christy terasa sakit. Kaki serasa tak dapat digerakan, kaku, itulah yg dirasakannya. Christy masih terus berusaha melangkah namun tetap saja susah. Sampai akhirnya ia jatuh tersungkur tanah. Ia msih memegangi kakinya yg kesakitan.
Morgan dan Bisma sudah berjalan duluan. Christy berusaha memanggil mereka.
"Morgan, Bisma, tunggu.." triak Christy sambil berusaha berdiri.
Brukk
Namun Christy jatuh lagi. Bisma menengok kebelakang mendapati Christy tergeletak lemah dilantai.
"Chris? Lo gak papa?" Bisma menghampiri Christy yg sedang terjatuh.
"Kaki gue susah digerakin." Christy memegangi kakinya yg kaku.
"Gue gendong mau?" tawar Bisma. Christy hanya mengangguk pasrah. Christy memandang Morgan yg sepertinya sama sekali tak peduli dengannya. Morgan terus melangkahkan kakinya berjalan kedepan tanpa peduli apa Christy sakit atau tidak.
***
Hari ini Christy merasa ilfil sekali dengan kelakuan Morgan, Bisma, dan Dicky. Namun ia berusaha untuk sabar. Dicky melewatinya dan tak sengaja menumpahkan mangkok berisi mie panas pada Christy, sedang Bisma yg sengaja menyiramkan air didepan toilet yg Christy masuki untuk membersihkan bajunya karna ulah Dicky. Christy terpeleset dan jatuh dilantai. Namun sampai detik ini ia masih mencoba untuk sabar.
Saat memasuki kelas pak Rio, buku tugasnya diambil sama Morgan. Dan itu yg membuat Christy kesal bukan main. Ia disuruh keluar dari kelas pak Rio. Kepalanya bagaika mengeluarkan asap-asap ngebul bak kereta api yg dikemudikan batu bara. Mukanya merah padam dan penuh amarah. Angel yg melihatnya langsung menghampiri Christy.
"Christy? Lo kenapa?" Tanya Angel yg menatap Christy sepertinya sedang marah besar.
Christy tak menjawab, namun ia langsung pergi entah kemana.
Brukk, ia hampir menabrak sebuah ember berisi air pelan. Sontak Christypun langsung seperti mendapatkan ide. Bagaikan seperti disebelah kepalanya ada sebuah lampu menyala.
Christy menenteng ember pelan itu menuju depan kelas pak Rio. Tak peduli banyak mata aneh memandangnya, karna bukankah setiap kali melihat Christy mereka memang seperti itu?
Didepan kelas pak Rio, Christy menunggu semua mahasiswa keluar. Tak lama kemudian mahasiswa pun bubar. Dari kejauhan terlihat Morgan dan kawannya sedang berjalan keluar. Saat telah diambang pintu Christy sudah mengambil ancang-ancang dan..
Byurr.. Air pelan itu tepat mengguyur seluruh tubuh Morgan. Morgan terkejut bukan main, apalagi setelah mendapati Christy yg menyiramnya. Morgan melotot pada Christy, Christy pun ikut melotot.
"Kenapa? Marah? Lo gak berhak marah, karna kalo lo marah nanti taruhannya kalah. Sekarang lo udah menang taruhan kan, dan berhasil bikin gue marah!" bentak Christy pada Morgan. Morgan langsung menatap Christy bingung, jadi dia tau tentang taruhan itu. Batin Morgan.
Kerumunan mahasiswa menggerumuti tempat Christy menyiram Morgan. Mereka saling bertatapan aneh, bisa-bisanya Christy marah juga.
"Jangan lo fikir gue gak bisa marah! Gue juga manusia, sama kayak lo! Yg masih punya batas kesabaran!" omel Christy lagi. Entah mengapa bibir Morgan begitu sulit digerakan. Morgan seakan enggan membals ocehan Christy karna ia tau bahwa dirinya salah.
"Dan ini, hadiah lo!" Christy melemparkan BB dan sebuah kunci mobil yg ternyata milik Auryn. Auryn terkejut bukan main, bagaimana bisa itu ada ditangan Christy. Christy langsung pergi berlari menerobos kerumunan itu. Angel mengikuti langkahnya dengan mengejarnya.
***
Suara isak tangis terdengar dari sebuah kamar. Suara makin jelas dan sangat menyayat hati bagi yg mendengarkannya.
"Tuhan, mengapa perasaan ini harus untuknya, orang yg jelas-jelas selalu membuatku nangis. Dan kini ia membuatku muak melihatnya. Tapi aku tak kuasa melawan perasaan ini, mengapa aku masih tetap mencintainya." lirih orang itu dikamarnya.
Tokk.. Tokk.. "Christy?" suara dari arah luar kamar memanggil nama Christy. Memang orang tadi adalah Christy.
"Gue lagi mau sendiri Ngel." Christy menyaut dan memanggil orang itu Ngel, Angel. Ya dia Angel teman Christy.
"Oke. Gak papa gue ngerti." saut Angel lagi.
Disaat suasana hening, alunan musik melankolis menghiasi kamar Christy. Christy sengaja menyetel sebuah lagu untuk membuatnya tak bosan.
"..." Christy bernyanyi bagaikan berduet dengan Faang wali. Tak terasa air matanya jatuh, lagi-lagi ia menangis. Mengapa ia begitu cengeng bila mengingat sosok cowok yg dicintainya.
***
"Kebakaran.. Kebakaran.. Kebakaran.." triak beberapa orang dari arah dapur restoran. Beberapa pelanggan restoran berlarian berusaha keluar dari situ. Christy dan Angel kebetulan ada disitu. Mereka berhasil keluar dari tempat itu. Saat sampai diluar, api semakin berkobar-kobar. Christy melihat ternyata ada Bisma, Dicky, dan Auryn berada ditempat yg sama tepatny disebelahnya. Christy memandang mereka heran. Dicari sosok cowok yg sangat dicintainya itu meski telah berkali-kali membuatnya menangis.
"Morgan mana?" Christy berani menanyakan hal itu pada Bisma yg berada disebelahnya. Bisma terkejut melihat Christy disebelahnya malah menanyakan Morgan yg jelas-jelas kemarin ia marahi.
"Astaga Morgan?!" Bisma terhentak ketika Christy menanyakan tentang Morgan. Christy menatap Bisma serius, namun Bisma megalihkan pandangannya ke Dicky.
"Dick, Morgan kan tadi ke toilet." Bisma menggoncangkan bahu Dicky. Kini gantian Christy yg terhentak. Tanpa fikir panjang Christy langsung berlari kembali ke dalam restoran yg separuhnya sudah terbakar. Bisma, Dicky, dan Angel saling menatap heran. Namun Auryn malah sibuk dengan BBnya yg mati. Tak sama sekali telintas fikiran tentang Morgan dibenaknya. Pdahal dia pacarnya.
Christy berlari menerobos bongkahan api yg kian membara. Dilewatinya dengan hati-hati api yg sudah membesar itu. Ia langsung berlari ke arah toilet, didepan toilet ia melihat Morgan tergeletak lemas tak berdaya. Christy langsung menghampiri Morgan yg spertinya keracunan asap disitu. Christy berusaha mebopong Morgan untuk keluar dari situ. Namun api sudah terlalu besar untuk dilewati, apalagi Christy membawa Morgan. Sebenarnya bisa saja ia keluar dari situ seorang diri dan meninggalkan Morgan dan berarti membiarkan Morgan mati dilalap api. Christy tak sesadis itu, ia melihat ke arah Morgan yg terpejam pingsan.
"Aku tak mungkin membiarkannya disini." gumam Christy pelan. Namun Christy sudah pasrah jika ia memang harus mati ditempat itu.
"Tuhan, jika ini memang akhir dari hidupku. Aku telah ikhlas, asal ia bisa terselamatkan. Aku rela mati ditempat ini sekarang juga, asal jangan biarkan dia pergi sekarang. Aku masih ingin melihatnya meski dari tempat yg berbeda." doa Christy sambil menatap wajah Morgan yg masih tak sadarkan diri. Christy kembali mencoba keuar dari tempat itu. Namun etah mengapa lagi-lagi kakinya begitu keram, kaku, seperti hal yg pernah ia rasakan kemarin. Christy ikut terjatuh dan duduk disebelah Morgan yg terbaring.
"Dan ijinkan aku, memeluk dirimu skali ini saja. Tuk ucapkan slamat tinggal untuk slamanya. Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja." nyanyi Christy lirih. Ia langsung memeluk Morgan yg sedang ada dihadapannya.
Namun tiba-tiba matanya menjadi buram. Tiba-tiba saja semuanya gelap, gelap dan tak nampak apapun. Sesosok cahaya bersinar dan menghampirinya. Cahaya berwarna putih, dan mendekatinya. Christy mengikuti cahaya itu, oh tidak lebih tepatnya roh nya yg mengikuti cahaya itu. Dengan wajah berseri Christy meninggalkan tempat itu. Namun dilihatnya Morgan masih tergeletak ditempatnya. Bersama dengan raga yg ditinggalkan Christy.
***
Seberkas cahaya mulai memasuki matanya. Dilihatnya lingkungan sekitar yg didominasi warna putih. Kemudian degan mantap matanya sudah terbuka lebar.
"Gue dimana?" itulah kata pertama yg diucapkannya.
"Dirumah sakit." jawab seseorang yg berada disebelahnya.
"Kok gue ada dsini? Bukannya gue ada di.."
"Christy yg nyelametin lo!"
"Christy? Sekarang dia dimana? Kok bisa dia nyelametin gue?"
"Hari ini hari pemakamannya."
Jlepp.. Rasanya hati orang itu bagaikan tersambar petir. Bagaimana bisa orang yg menyelamatkannya justru malah tak selamat.
Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan berusaha berjalan.
"Anter gue ke pemakan Christy Bis." pintanya pada seseorang yg dipanggil Bis.
"Tapi Gan elo?"
"Sekarang!" tegasnya. Bisma, yaa dia yg dipintai Morgan untuk mengantarnya kepemakaman Christy. Bisma pun menurutinya.
Saat ini Dicky sedang menghadiri pemakaman Christy, karna biar bagaimanapun Dicky tidak enak dengan Christy yg telah menyelamatkan nyawa sahabatnya.
***
Dipemakaman Christy sudah tampak beberapa orang mengenak baju hitam hitam tanda berduka cita. Terdengar isak tangis paling keras dari arah paling depan pusaran makam Christy yg masih basah.
"Kak Christy.. Hix hix kakak!! Kenapa kakak pergi ninggalin Felly?" tangis Felly pecah di pemakaman Christy. Ia tak mampu menahan jatuhnya air mata yg menderu pipinya. Sungguh inilah asli dari kenyataan pahitnya hidup Felly, semua orang yg disayangnya telah pergi. Dari mulai mama, papa, dan sekarang kakaknya. Tinggalah Felly sebatang kara.
Angel merangkul pundak Felly dan berusaha menenangkannya. Angel memang bersedih namun ia mencoba untuk tegar dan menjadi dewasa dihadapan Felly yg sekarang sangat rapuh.
Morgan berusaha menyelinap dari kerumunan orang yg sedang menggerumuti makam Christy. Ia ingin melihat ke paling depan. Rasa bersalah begitu menghantui Morgan, karna ia belum minta maaf pada Christy.
Orang-orang mulai berbubaran dari acara pemakaman. Namun Felly masih tejongkok didepan makam menangisi kepergian kakaknya. Dari belakang Morgan berdiri menatap makam itu. Karne merasa ada orang Felly dan Angel pun menengok dan mendapati Morgan, Bisma, dan Dicky berdiri dihadapannya. Felly langsung menyeritkan dahinya begitu melihat Morgan.
"Kakak yg namanya Morgan?" Felly bangkit dan kini berhadapan dengan Morgan
"Iya gue Morgan, kenapa?" Morgan menatap sosok Felly yg hampir identik dengan Christy. "Christy?" kini Morgan memanggil Felly dengan sebutan Christy. Felly tersenyum sinis ke arah Morgan.
"Aku Felly, adiknya kak Christy. Manusia yg begitu sabar menghadapi manusia seperti kakak! Aku benci kakak! Gara-gara kakak, kak Christy pergi!" Felly memukul dada Morgan dengan kedua tangannya yg dikepalkan.
"Sorry, gue emang salah. Dan gue bener-bener gak tau kalo Christy bakal nolong gue."
Angel mengajak Bisma dan Dicky untuk pergi meinggalkan mereka berdua berbicara. Fellu tetap bersihkukuh menyalahkan Morgan sebagai penyebab kematian kakaknya.
"Aku mau tanya, kakak sadar gak sih kalo kak Christy itu nolong kak Morgan karna ada alasannya. Kak Morgan tau apa alasannya?" Felly menyeringai kecil sambil terus menatap Morgan tajam.
"Gue gak tau."
"KARNA DIA ITU CINTA SAMA KAK MORGAN! DIA RELA MATI ASAL KA MORGAN BISA TETAP HIDUP!" Bentak Felly tebawa emosi. Morgan tertegun mendengarnya, Christy? Cewek yg sama skali tak pernah diperhatikanya ternyata menyimpan perasaan untuknya? Sosok yg terlampau sering meyakiti hati Christy.
"Maksud lo? Gue gak ngerti." Morgan bingung bukan main dengan perkataan Felly barusan. Fellya tak menjawab, ia tersenyum getir sesaat.
"Baca kak.. Disitu kak Christy nulis semua tentang kak Morgan." Felly menyodorkan sebuah note berwarna biru kemudian langsung pergi.
***
Setelah membaca dan meresapi buku diary milik Christy, Morgan berniat untuk tidur. Namun difikirannya masih terngiang dengan sosok Christy, orang yg selama ini begitu mencintainya, sosok yg begitu terabaikan dalam hidupnya. Dia rela berkorban nyawa demi Morgan.
Berkali-kali Morgan mencoba memejamkan matanya, namun rasanya sulit sekali matanya terpejam. Tanpa disadarinya, ternyata dari balik jendela kamarnya muncul sosok wanita berpakaian serba putih dengan wajah begitu ceria. Ia semakin cantik walau tidak lagi terdaftar sebagai penghuni dibumi ini.
"Morgan.." panggilnya. Morgan menengok kaget,namun Morgan malah mendekatinya.
"Christy gue minta.." ucapan Morgan terpotong oleh roh Christy yg berada didepannya.
"Gue mohon sama lo. Kali ini aja, lo bisa nurutin permintaan gue. Karna semasa gue hidup gue gak pernah minta apa-apa ke elo! Tolong jagain adik gue, dia sendirian. Tolong." suara Christy semakin lemah dan mengecil. Lama kelamaan bayangannya mulai menjauh. Morgan berusaha mengejarnya namun tak bisa. Morgan berkali-kali berteriak memanggil nama Christy.
"Christy.. Christy.. CHRISTY!!" teriaknya.
Namun setelah ia sadat ternyata ia sedang ada diatas tempat tidurnya. Itu hanya mimpi, yap hanya mimpi yg mempunyai makna tersendiri.
***
2tahun kemudian..
2 insan berjalan mendekati sebuah makam. Ditaruhnya bunga sedap malam didepan pusaran makam itu. Air mata seorang wanita itu kian bercucuran tak kuasa menahan tangis.
"Gimana kabar kakak disana? Baik kan? Aku juga disini baik kak." ucapnya lirih sambil sesekali menghapus air matanya.
"Chris, sorry. Gue sadar kalo ternyata lo berarti dalam kehidupan ini." ucap seseorang disebelahnya.
"Ternyata gak salah kakak pernah suka sama kak Morgan, dia baik kak. Dia selalu ada buat Felly." Felly, yaa wanita itu adalah Felly dan disebelahnya ada Morgan yg menemaninya.
Merekapun mengirimkan doa pada Christy yg sudah berbeda alam degannya. Morgan menaruh sepucuk kertas dimakam itu. Ditulisnya sebuah puisu yg semalam ia buat spesial untuk seseorang yg dulu sangat mengaguminya.
Kini aku baru tau, ternyata ada seseorang yg selalu memperhatikanku
Kini aku baru tau, ternyata ada seseorang yg kuat memendam perasaannya untuku
Dan kini aku baru tau, bahwa ternyata orang itu sangat berarti bagiku.
Mengapa dia yg sangat baik padaku harus pergi secepat ini?
Mengapa ia begitu rela menukar nyawanya demi aku yg telah jahat padanya.
Mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan hati sebaik itu.
Jika aku tau, aku tak ingin dia pergi meninggalkan dunia ini.
Namun sudah terlanjur, ribuan malaikat kemarin telah turun untuk menjemputmu.
Menjemput salah satu malaikat tak bersayap yg tinggal dibumi.
dan kini aku baru menyadari, bahwa akupun mencintainya..
aku mencintainya di pandangan terakhir
Dari seseorang yg telah mengabaikanmu..
Handi Morgan Winata.
_End_
Andai engkau tau, aku masih setia menantimu.
Andai engkau tau, aku selalu disini memperhatikanmu.
Tapi, aku cukup tau.
Engkau takan pernah bisa tau, bahkan mungkin tak pernah mau tau.
Tentang keberadaanku dengan sejuta perasaan yg mengalir hanya untukmu.
***
Ditutupnya buku diary yg tegolong rahasia itu. Ia menyandarkan diri pada sebuah pohon yg terdapat di belakangnya. Di dekapnya buku diary itu, dan di tatapnya pemandangan yg jauh dari matanya itu. Ia memandang lirih ke arah segerombolan mahasiswa yg sedang bercanda tawa. Kadang ia pun tersenyum bila melihat salah satu orang yg sangat di perhatikannya itu tersenyum. Namun hatinya selalu tergores jika ia melihat pria itu mulai merangkul gadis di sebelahnya.
Christy Saura, itulah nama seorang gadis yg bersandar di pohon. Suasana hatinya selalu sangat tenang, bagaimanapun keadaannya.
Untuk kembali menenangkan suasana hatinya itu ia memejamkan matanya sejenak. Lalu perlahan ia membuka matanya, dan..
"Astaga!" Christy sontak terkejut saat melihat beberapa pria yg tadi di lihatnya ada di depan matanya.
"Ngantuk MangBro.." Ledek salah satu dari mereka.
"Ehh, mangbro mah kan gue Dick!" Sentak seseorang di sebelahnya.
"Ohh iya, udah kbiasaan sih Mang." Balasnya lagi, seseorang yg di panggilnya Mang itu langsung menoyor kepala orang di sebelahnya.
"Misis gue ada urusan." Christy langsung beranjak pergi meninggalkan orang-orang itu yg terdiri dari tiga orang cowok dan seorang cewek.
"Iseng aja lo berdua." Sentak salah seorang yg bernama Morgan.
"Haha, bukan Dicky namanya kalo gak iseng." Dicky tersenyum bangga.
"Sayang, ke kantin yuk." Satu-satunya cewek disitu langsung menggelayut ke tangan Morgan dengan manja.
"Hm, ayuk deh." Morgan hanya menuruti keinginannya.
Dicky dan temannya yg bernama Bisma itu hanya saling berpandangan jelous.
"Derita yah gak punya cewek." Ucap Dicky memelas.
"Mungkin kali yaa, tapi sebenernya gue itu banyak kali yg naksir. Cuma gue aja gak mau." Bisma menyombongkan dirinya dan langsung disambar Dicky.
"Beuh, laga lu.. Mana ada sih cewek yg mau sama cowok cungkring, kurus, pendek kayak lo!" Cela Dicky sambil berjalan. Bisma pun mengekor dari belakang dan..
Pletakk.. Sebuah jitakan mulus mendarat di kepala Dicky. Bisma pun langsung membalas celaan Dicky.
"Ehh, kayak lo ber-isi aja gitu. Malah lo sama gue aja kurusan lo kali, udah kurus, ceking, krempeng, hideung, rambut pake di blond. Kayak bule nyasar tau gak sih!" Cela Bisma tak kalah sangar.
"Udahlah sesama kurus jangan saling mendahului." Balas Dicky adil dan langsung diam.
***
Disudut kantin Universitas Ara Firstnaina, (JANGAN DICARI YAA) Terdapat Christy yg lagi memainkan minumannya. Dimainkannya sedotan itu sambil mengucek-ngucek es jeruk yg es batunya hampir mencair, sehingga di bagian luar gelas agak basah. Sambil melamun Christy terhentak kaget karna tiba-tiba ada seseorang di sebelahnya.
"Heh! Ngelamun aja, mikirin siapa sih? Tapi kalo cengengesan mah bukan Christy yah namanya." Orang itu langsung membuyarkan lamunan Christy dan duduk di sebelahnya.
"Hehe, aneh lo. Nanya sendiri, jawab sendiri. Angel, Angel.." Christy menggelengkan kepala melihat kelakuan teman semata wayangnya di kampus itu yg memiliki nama lengkap Margareth Angelina.
"Biarinlah, biarpun aneh Angel tetep beautiful kan?" Ucapnya pd.
Angel adalah teman satu-satunya yg akrab dengan Christy. Christy memang di kenal sebagai mahasiswa paling diam, bahkan sebagian anak menganggapnya aneh. Sedangkan Angel, sikapnya sangat bertolak belakang dengan Christy, Ia tak bisa diem, lenjeh, pokoknya beda banget sama Christy yg tergolong kalem. Urusan fashion pun Angel dan Christy sangat berbeda, setiap harinya Christy selalu berpenampilan super simple dan apa adanya. Beda dengan Angel yg so fashionabel.
***
Christy sedang asyik duduk dikelas yg sekarang ada dijadwal mata kuliahnya. Tak lama kemudian geromblan Morgan, Bisma, dan Dicky datang. Lagi-lagi satu-satunya cewek yg bernama Auryn itu sudah menggelayut disamping Morgan. Christy menatap Auryn dengan pandangan penuh iri. Ternyata cowok yg diperhatikan Christy tadi adalah Morgan.
Morgan dan Auryn berjalan melintasi meja Christy. Christy hanya tertunduk karna tak mau siapapun tau bahwa ia menyukai Morgan. Tangannya mulai iseng untuk melontarkan beberapa goresan pena pada buku diary nya.
Tak bisakah engkau mencintaiku,
Seperti engkau mencintainya.
Tak bisakah engkau menyayangiku,
Seperti kasih sayang yg kau berikan padanya.
Tak adakah sedikit perasaan saja untukku,
Seperti sejuta perasaan engkau untuknya.
Ditutupnya sebuah buku berwarna biru muda itu saat dilihatnya seorang dosen telah memasuki kelasnya.
***
Christy berbaring dikasur kamarnya yg empuk. Baru saja sejenak ia hendak memejamkan mata, namun pintu kamarnya seperti ada yg mengetuk.
Tokk, tokk.
"Kak, Felly boleh masuk?" suara cempreng kekanak-kanakan itu berasal dari luar kamar Christy.
"Masuk aja gak dikunci." saut Christy singkat.
Ceklek. Seseorang yg bernama Felly itu memasuki kamar Christy yg tertata begitu rapi. Felly berjalan menuju kasur Christy dan terduduk disitu.
"Gak sengaja Felly nemuin ini pas lagi liat-liat koleksi novel kakak." Felly menyodorkan sobekan kertas yg diatasnya ada fotonya.
Christy mengambil sobekan kertas itu dan ditaruhnya diatas meja yg terletak disebelah kasurnya.
"Kakak gak bisa mendem ini sendirian." Felly menatap sosok orang yg dipanggilnya kakak dengan tatapan lirih.
"Kakak males cerita, kalo emang kamu mau tau ambil aja note berwarna biru dari tas kakak." suruh Christy. Felly mengangguk pelan, karna ia tak mungkin tega membiarkan seorang kakak semata wayangnya memendam perasaan terdalamnya itu.
Felly berjalan menghampiri tas Christy yg tergantung dipinggir dinding. Diambilnya note berwarna biru itu. Lembar demi lembar dibukanya secara perlahan, terdapat beberapa kata-kata dan foto seorang prian tampan berkulit putih serta memiliki postur tubuh yg tinggi.
Felly menangguk pelan setelah membacanya. Ditatapnya lirih Christy yg sedang tertidur.
"Kenapa harus cinta dalam hati sih kak? Kakak terlalu baik untuk ngerasai itu." gumam Felly pelan.
Felly pun keluar dari kamar Christy dan menuju kamarnya untuk tidur.
Felly, adik semata wayang Christy yg memiliki suara cempreng serta khas ini. Siswi SMA Harapan dengan wajah putih manis, rambut pirang, namun sayang hidungnya pesek. Tapi itu tak menjadi penghalang untuk membuatnya tetap kelihatan cantik. Ia tetap cantik dengan penampilan yg bisa terbilang agak Childish itu.
Christy dan Felly tinggal dirumah hanya berdua. Orang tuanya meninggal saat kecelakaan pesawat. Mereka bisa dibilang saling mengerti satu sama lain.
***
Rintik-rintik hujan turun mengguyur bumi. Angin berhembus begitu kencang, beberapa mahasiswa berlarian menuju tempat berteduh dari kendaraan yg mereka naikan menuju kampus. Christy tertegun melihat suasana itu, ia lebih memilih untuk diam dan meresapi tetes demi tetes hujan yg membasahi tubuhnya. Ia sangatlah suka hal itu, baginya begitu tenang.
Dari kejauhan Christy memperhatikan sosok Morgan sedang menutupi Auryn dengan jaketnya. Morgan terus berusaha melindungi Auryn dari tetesan hujan. Air matanya turun bersamaan dengan air hujan.
"Aku ingin sepertinya, yg selalu dilindungimu. Aku ingin sepertinya, yg selalu ada disisimu. Aku ingin sepertinya, yg bisa menghabiskan waktunya bersamamu." batin Christy bagaikan seorang penyair yg selalu bisa merangkai kata-kata indah dengan apa yg dilihatnya.
Christy berjalan menuju kantin untuk meminum energen hangat. Di pesannya secangkir energen untuk menghangatkan tubuhnya. Ia beranjak dari tempat duduknya untuk mengambi energen di meja ibu kantin. Namun tiba-tiba..
Byurr..
Segelas es jatuh menyiram tubuh Christy. Seorang didepannya sudah was-was memasang muka melas. "Maaf.." ucapnya takut tanpa menatap Christy.
"Iya gak papa." Christy tersenyum pada orang itu yg sudah ketakutan. Dibersihkannya bekas cipratan es itu ke kamar kecil.
Dari meja yg berada disudut kantin, Morgan cs memperhatikan Christy yg sangat sabar Bisma menggelengkan kepalanya takjub. Ia berkali-kali berdecak kagum.
"Si Christy sabar banget yaa." ucap Bisma berdecak kagum.
"Cewek freak itu?" Auryn menatap sinis ke arah Christy.
"Yaa walaupun agak freak." ucap Dicky sambil menyeruput minumannya.
"Pernah liat Christy marah?" tanya Bisma menatap kesemua temannya.
"Ehh dari tdi kalian ngomongin Christy, Christy, siapa sih itu? Manusia kan?" tanya Morgan.
"Lo gak tau Christy? Parah.. Ituloh cewek yg super diem dan katanya sabar." jelas Dicky.
"Gue tantang kalian! Siapa yg bisa bikin Christy marah, gue bakal ngasih BB+Mobil gue ke kalian selama 2minggu." Auryn menatap kesemua temannya. Mereka saling berpandangan sejenak.
"Orangnya aja gue gak tau!" ucap Morgan jujur.
"Yaudah nanti gue kasih tau." ucap Auryn.
Morgan mengangguk ragu. Sedang Dicky dan Bisma saling menatap. Mereka bingung karna setaunya Christy itu terlalu baik untuk dijadikan bahan taruhan.
"Lo berdua gak berani? Cemen." Auryn memajangkan jari jempol terbalik ke arah Bisma dan Dicky.
"Oke gue berani." ucap Dicky dan Bisma serentak.
Auryn tersenyum bangga. Ia menjelaskan peraturan taruhan itu.
"Tapi kalo seandainya Christy marah karna tau dia dijadiin bahan taruhan. Kalian semua kalah! Gue yg menang, jadi mobil dan BB kalian yg gue sita selama 2minggu." jelas Auryn yg sontak semuanya memandang Auryn.
"Ahh curang lu Ryn. Bisa begitu.." protes Bisma.
"Kan gue yg bkin tantangannya."
"Udah deal ajalah." ucap Morgan pasrah.
***
Rencana Auryn berjalan mulus. Morgan, Bisma, dan Dicky berusaha membuatnya marah. Namun hasilnya nihil, Christy sama sekali tidak marah. Christy tidak menghiraukan kejailan mereka yg sesungguhnya membuat hatinya dongkol.
Hari ini kampusnya mengadakan acara keluar sekolah. Mereka bertempat ditaman dekat kampus itu. Disitu mereka disuruh mendefinisikan arti dan makna kekompakan. Mereka dibentuk kelompok yg diatur panitia. Kebetulan Morgan sekelompok dengan Christy, jika dapat berteriak sesungguhnya Christy ingin bersorak bangga. Namun ia hanya diam dengan sikap biasanya.
Morgan, Bisma, Christy, itulah sekelompok untuk menguji kekompakan. Berkali-kali Morgan dan Bisma berusaha membuat Christy marah namun tetap Christy tak bergeming.
Entah mengapa, kaki Christy terasa sakit. Kaki serasa tak dapat digerakan, kaku, itulah yg dirasakannya. Christy masih terus berusaha melangkah namun tetap saja susah. Sampai akhirnya ia jatuh tersungkur tanah. Ia msih memegangi kakinya yg kesakitan.
Morgan dan Bisma sudah berjalan duluan. Christy berusaha memanggil mereka.
"Morgan, Bisma, tunggu.." triak Christy sambil berusaha berdiri.
Brukk
Namun Christy jatuh lagi. Bisma menengok kebelakang mendapati Christy tergeletak lemah dilantai.
"Chris? Lo gak papa?" Bisma menghampiri Christy yg sedang terjatuh.
"Kaki gue susah digerakin." Christy memegangi kakinya yg kaku.
"Gue gendong mau?" tawar Bisma. Christy hanya mengangguk pasrah. Christy memandang Morgan yg sepertinya sama sekali tak peduli dengannya. Morgan terus melangkahkan kakinya berjalan kedepan tanpa peduli apa Christy sakit atau tidak.
***
Hari ini Christy merasa ilfil sekali dengan kelakuan Morgan, Bisma, dan Dicky. Namun ia berusaha untuk sabar. Dicky melewatinya dan tak sengaja menumpahkan mangkok berisi mie panas pada Christy, sedang Bisma yg sengaja menyiramkan air didepan toilet yg Christy masuki untuk membersihkan bajunya karna ulah Dicky. Christy terpeleset dan jatuh dilantai. Namun sampai detik ini ia masih mencoba untuk sabar.
Saat memasuki kelas pak Rio, buku tugasnya diambil sama Morgan. Dan itu yg membuat Christy kesal bukan main. Ia disuruh keluar dari kelas pak Rio. Kepalanya bagaika mengeluarkan asap-asap ngebul bak kereta api yg dikemudikan batu bara. Mukanya merah padam dan penuh amarah. Angel yg melihatnya langsung menghampiri Christy.
"Christy? Lo kenapa?" Tanya Angel yg menatap Christy sepertinya sedang marah besar.
Christy tak menjawab, namun ia langsung pergi entah kemana.
Brukk, ia hampir menabrak sebuah ember berisi air pelan. Sontak Christypun langsung seperti mendapatkan ide. Bagaikan seperti disebelah kepalanya ada sebuah lampu menyala.
Christy menenteng ember pelan itu menuju depan kelas pak Rio. Tak peduli banyak mata aneh memandangnya, karna bukankah setiap kali melihat Christy mereka memang seperti itu?
Didepan kelas pak Rio, Christy menunggu semua mahasiswa keluar. Tak lama kemudian mahasiswa pun bubar. Dari kejauhan terlihat Morgan dan kawannya sedang berjalan keluar. Saat telah diambang pintu Christy sudah mengambil ancang-ancang dan..
Byurr.. Air pelan itu tepat mengguyur seluruh tubuh Morgan. Morgan terkejut bukan main, apalagi setelah mendapati Christy yg menyiramnya. Morgan melotot pada Christy, Christy pun ikut melotot.
"Kenapa? Marah? Lo gak berhak marah, karna kalo lo marah nanti taruhannya kalah. Sekarang lo udah menang taruhan kan, dan berhasil bikin gue marah!" bentak Christy pada Morgan. Morgan langsung menatap Christy bingung, jadi dia tau tentang taruhan itu. Batin Morgan.
Kerumunan mahasiswa menggerumuti tempat Christy menyiram Morgan. Mereka saling bertatapan aneh, bisa-bisanya Christy marah juga.
"Jangan lo fikir gue gak bisa marah! Gue juga manusia, sama kayak lo! Yg masih punya batas kesabaran!" omel Christy lagi. Entah mengapa bibir Morgan begitu sulit digerakan. Morgan seakan enggan membals ocehan Christy karna ia tau bahwa dirinya salah.
"Dan ini, hadiah lo!" Christy melemparkan BB dan sebuah kunci mobil yg ternyata milik Auryn. Auryn terkejut bukan main, bagaimana bisa itu ada ditangan Christy. Christy langsung pergi berlari menerobos kerumunan itu. Angel mengikuti langkahnya dengan mengejarnya.
***
Suara isak tangis terdengar dari sebuah kamar. Suara makin jelas dan sangat menyayat hati bagi yg mendengarkannya.
"Tuhan, mengapa perasaan ini harus untuknya, orang yg jelas-jelas selalu membuatku nangis. Dan kini ia membuatku muak melihatnya. Tapi aku tak kuasa melawan perasaan ini, mengapa aku masih tetap mencintainya." lirih orang itu dikamarnya.
Tokk.. Tokk.. "Christy?" suara dari arah luar kamar memanggil nama Christy. Memang orang tadi adalah Christy.
"Gue lagi mau sendiri Ngel." Christy menyaut dan memanggil orang itu Ngel, Angel. Ya dia Angel teman Christy.
"Oke. Gak papa gue ngerti." saut Angel lagi.
Disaat suasana hening, alunan musik melankolis menghiasi kamar Christy. Christy sengaja menyetel sebuah lagu untuk membuatnya tak bosan.
"..." Christy bernyanyi bagaikan berduet dengan Faang wali. Tak terasa air matanya jatuh, lagi-lagi ia menangis. Mengapa ia begitu cengeng bila mengingat sosok cowok yg dicintainya.
***
"Kebakaran.. Kebakaran.. Kebakaran.." triak beberapa orang dari arah dapur restoran. Beberapa pelanggan restoran berlarian berusaha keluar dari situ. Christy dan Angel kebetulan ada disitu. Mereka berhasil keluar dari tempat itu. Saat sampai diluar, api semakin berkobar-kobar. Christy melihat ternyata ada Bisma, Dicky, dan Auryn berada ditempat yg sama tepatny disebelahnya. Christy memandang mereka heran. Dicari sosok cowok yg sangat dicintainya itu meski telah berkali-kali membuatnya menangis.
"Morgan mana?" Christy berani menanyakan hal itu pada Bisma yg berada disebelahnya. Bisma terkejut melihat Christy disebelahnya malah menanyakan Morgan yg jelas-jelas kemarin ia marahi.
"Astaga Morgan?!" Bisma terhentak ketika Christy menanyakan tentang Morgan. Christy menatap Bisma serius, namun Bisma megalihkan pandangannya ke Dicky.
"Dick, Morgan kan tadi ke toilet." Bisma menggoncangkan bahu Dicky. Kini gantian Christy yg terhentak. Tanpa fikir panjang Christy langsung berlari kembali ke dalam restoran yg separuhnya sudah terbakar. Bisma, Dicky, dan Angel saling menatap heran. Namun Auryn malah sibuk dengan BBnya yg mati. Tak sama sekali telintas fikiran tentang Morgan dibenaknya. Pdahal dia pacarnya.
Christy berlari menerobos bongkahan api yg kian membara. Dilewatinya dengan hati-hati api yg sudah membesar itu. Ia langsung berlari ke arah toilet, didepan toilet ia melihat Morgan tergeletak lemas tak berdaya. Christy langsung menghampiri Morgan yg spertinya keracunan asap disitu. Christy berusaha mebopong Morgan untuk keluar dari situ. Namun api sudah terlalu besar untuk dilewati, apalagi Christy membawa Morgan. Sebenarnya bisa saja ia keluar dari situ seorang diri dan meninggalkan Morgan dan berarti membiarkan Morgan mati dilalap api. Christy tak sesadis itu, ia melihat ke arah Morgan yg terpejam pingsan.
"Aku tak mungkin membiarkannya disini." gumam Christy pelan. Namun Christy sudah pasrah jika ia memang harus mati ditempat itu.
"Tuhan, jika ini memang akhir dari hidupku. Aku telah ikhlas, asal ia bisa terselamatkan. Aku rela mati ditempat ini sekarang juga, asal jangan biarkan dia pergi sekarang. Aku masih ingin melihatnya meski dari tempat yg berbeda." doa Christy sambil menatap wajah Morgan yg masih tak sadarkan diri. Christy kembali mencoba keuar dari tempat itu. Namun etah mengapa lagi-lagi kakinya begitu keram, kaku, seperti hal yg pernah ia rasakan kemarin. Christy ikut terjatuh dan duduk disebelah Morgan yg terbaring.
"Dan ijinkan aku, memeluk dirimu skali ini saja. Tuk ucapkan slamat tinggal untuk slamanya. Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja." nyanyi Christy lirih. Ia langsung memeluk Morgan yg sedang ada dihadapannya.
Namun tiba-tiba matanya menjadi buram. Tiba-tiba saja semuanya gelap, gelap dan tak nampak apapun. Sesosok cahaya bersinar dan menghampirinya. Cahaya berwarna putih, dan mendekatinya. Christy mengikuti cahaya itu, oh tidak lebih tepatnya roh nya yg mengikuti cahaya itu. Dengan wajah berseri Christy meninggalkan tempat itu. Namun dilihatnya Morgan masih tergeletak ditempatnya. Bersama dengan raga yg ditinggalkan Christy.
***
Seberkas cahaya mulai memasuki matanya. Dilihatnya lingkungan sekitar yg didominasi warna putih. Kemudian degan mantap matanya sudah terbuka lebar.
"Gue dimana?" itulah kata pertama yg diucapkannya.
"Dirumah sakit." jawab seseorang yg berada disebelahnya.
"Kok gue ada dsini? Bukannya gue ada di.."
"Christy yg nyelametin lo!"
"Christy? Sekarang dia dimana? Kok bisa dia nyelametin gue?"
"Hari ini hari pemakamannya."
Jlepp.. Rasanya hati orang itu bagaikan tersambar petir. Bagaimana bisa orang yg menyelamatkannya justru malah tak selamat.
Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan berusaha berjalan.
"Anter gue ke pemakan Christy Bis." pintanya pada seseorang yg dipanggil Bis.
"Tapi Gan elo?"
"Sekarang!" tegasnya. Bisma, yaa dia yg dipintai Morgan untuk mengantarnya kepemakaman Christy. Bisma pun menurutinya.
Saat ini Dicky sedang menghadiri pemakaman Christy, karna biar bagaimanapun Dicky tidak enak dengan Christy yg telah menyelamatkan nyawa sahabatnya.
***
Dipemakaman Christy sudah tampak beberapa orang mengenak baju hitam hitam tanda berduka cita. Terdengar isak tangis paling keras dari arah paling depan pusaran makam Christy yg masih basah.
"Kak Christy.. Hix hix kakak!! Kenapa kakak pergi ninggalin Felly?" tangis Felly pecah di pemakaman Christy. Ia tak mampu menahan jatuhnya air mata yg menderu pipinya. Sungguh inilah asli dari kenyataan pahitnya hidup Felly, semua orang yg disayangnya telah pergi. Dari mulai mama, papa, dan sekarang kakaknya. Tinggalah Felly sebatang kara.
Angel merangkul pundak Felly dan berusaha menenangkannya. Angel memang bersedih namun ia mencoba untuk tegar dan menjadi dewasa dihadapan Felly yg sekarang sangat rapuh.
Morgan berusaha menyelinap dari kerumunan orang yg sedang menggerumuti makam Christy. Ia ingin melihat ke paling depan. Rasa bersalah begitu menghantui Morgan, karna ia belum minta maaf pada Christy.
Orang-orang mulai berbubaran dari acara pemakaman. Namun Felly masih tejongkok didepan makam menangisi kepergian kakaknya. Dari belakang Morgan berdiri menatap makam itu. Karne merasa ada orang Felly dan Angel pun menengok dan mendapati Morgan, Bisma, dan Dicky berdiri dihadapannya. Felly langsung menyeritkan dahinya begitu melihat Morgan.
"Kakak yg namanya Morgan?" Felly bangkit dan kini berhadapan dengan Morgan
"Iya gue Morgan, kenapa?" Morgan menatap sosok Felly yg hampir identik dengan Christy. "Christy?" kini Morgan memanggil Felly dengan sebutan Christy. Felly tersenyum sinis ke arah Morgan.
"Aku Felly, adiknya kak Christy. Manusia yg begitu sabar menghadapi manusia seperti kakak! Aku benci kakak! Gara-gara kakak, kak Christy pergi!" Felly memukul dada Morgan dengan kedua tangannya yg dikepalkan.
"Sorry, gue emang salah. Dan gue bener-bener gak tau kalo Christy bakal nolong gue."
Angel mengajak Bisma dan Dicky untuk pergi meinggalkan mereka berdua berbicara. Fellu tetap bersihkukuh menyalahkan Morgan sebagai penyebab kematian kakaknya.
"Aku mau tanya, kakak sadar gak sih kalo kak Christy itu nolong kak Morgan karna ada alasannya. Kak Morgan tau apa alasannya?" Felly menyeringai kecil sambil terus menatap Morgan tajam.
"Gue gak tau."
"KARNA DIA ITU CINTA SAMA KAK MORGAN! DIA RELA MATI ASAL KA MORGAN BISA TETAP HIDUP!" Bentak Felly tebawa emosi. Morgan tertegun mendengarnya, Christy? Cewek yg sama skali tak pernah diperhatikanya ternyata menyimpan perasaan untuknya? Sosok yg terlampau sering meyakiti hati Christy.
"Maksud lo? Gue gak ngerti." Morgan bingung bukan main dengan perkataan Felly barusan. Fellya tak menjawab, ia tersenyum getir sesaat.
"Baca kak.. Disitu kak Christy nulis semua tentang kak Morgan." Felly menyodorkan sebuah note berwarna biru kemudian langsung pergi.
***
Setelah membaca dan meresapi buku diary milik Christy, Morgan berniat untuk tidur. Namun difikirannya masih terngiang dengan sosok Christy, orang yg selama ini begitu mencintainya, sosok yg begitu terabaikan dalam hidupnya. Dia rela berkorban nyawa demi Morgan.
Berkali-kali Morgan mencoba memejamkan matanya, namun rasanya sulit sekali matanya terpejam. Tanpa disadarinya, ternyata dari balik jendela kamarnya muncul sosok wanita berpakaian serba putih dengan wajah begitu ceria. Ia semakin cantik walau tidak lagi terdaftar sebagai penghuni dibumi ini.
"Morgan.." panggilnya. Morgan menengok kaget,namun Morgan malah mendekatinya.
"Christy gue minta.." ucapan Morgan terpotong oleh roh Christy yg berada didepannya.
"Gue mohon sama lo. Kali ini aja, lo bisa nurutin permintaan gue. Karna semasa gue hidup gue gak pernah minta apa-apa ke elo! Tolong jagain adik gue, dia sendirian. Tolong." suara Christy semakin lemah dan mengecil. Lama kelamaan bayangannya mulai menjauh. Morgan berusaha mengejarnya namun tak bisa. Morgan berkali-kali berteriak memanggil nama Christy.
"Christy.. Christy.. CHRISTY!!" teriaknya.
Namun setelah ia sadat ternyata ia sedang ada diatas tempat tidurnya. Itu hanya mimpi, yap hanya mimpi yg mempunyai makna tersendiri.
***
2tahun kemudian..
2 insan berjalan mendekati sebuah makam. Ditaruhnya bunga sedap malam didepan pusaran makam itu. Air mata seorang wanita itu kian bercucuran tak kuasa menahan tangis.
"Gimana kabar kakak disana? Baik kan? Aku juga disini baik kak." ucapnya lirih sambil sesekali menghapus air matanya.
"Chris, sorry. Gue sadar kalo ternyata lo berarti dalam kehidupan ini." ucap seseorang disebelahnya.
"Ternyata gak salah kakak pernah suka sama kak Morgan, dia baik kak. Dia selalu ada buat Felly." Felly, yaa wanita itu adalah Felly dan disebelahnya ada Morgan yg menemaninya.
Merekapun mengirimkan doa pada Christy yg sudah berbeda alam degannya. Morgan menaruh sepucuk kertas dimakam itu. Ditulisnya sebuah puisu yg semalam ia buat spesial untuk seseorang yg dulu sangat mengaguminya.
Kini aku baru tau, ternyata ada seseorang yg selalu memperhatikanku
Kini aku baru tau, ternyata ada seseorang yg kuat memendam perasaannya untuku
Dan kini aku baru tau, bahwa ternyata orang itu sangat berarti bagiku.
Mengapa dia yg sangat baik padaku harus pergi secepat ini?
Mengapa ia begitu rela menukar nyawanya demi aku yg telah jahat padanya.
Mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan hati sebaik itu.
Jika aku tau, aku tak ingin dia pergi meninggalkan dunia ini.
Namun sudah terlanjur, ribuan malaikat kemarin telah turun untuk menjemputmu.
Menjemput salah satu malaikat tak bersayap yg tinggal dibumi.
dan kini aku baru menyadari, bahwa akupun mencintainya..
aku mencintainya di pandangan terakhir
Dari seseorang yg telah mengabaikanmu..
Handi Morgan Winata.
_End_
Komentar
Posting Komentar